Senin, 07 Juli 2014

Perdagangan Internasional

Perdagangan internasional adalah perdagangan yang dilakukan oleh penduduk suatu negara dengan penduduk negara lain atas dasar kesepakatan bersama. Penduduk yang dimaksud dapat berupa antarperorangan (individu dengan individu), antara individu
dengan pemerintah suatu negara atau pemerintah suatu negara dengan pemerintah
negara lain.

Teori – teori Perdagangan Internasional
1.     Teori Keunggulan Mutlak (Absolut Advantage) oleh Adam Smith
Dalam teori keunggulan mutlak, Adam Smith mengemukakan ide-ide sebagai berikut.
a.    Adanya Division of Labour (Pembagian Kerja Internasional) dalam Menghasilkan Sejenis Barang Dengan adanya pembagian kerja, suatu negara dapat memproduksi barang dengan biaya yang lebih murah dibanding negara lain, sehingga dalam mengadakan perdagangan negara tersebut memperoleh keunggulan mutlak.
b.    Spesialisasi Internasional dan Efisiensi Produksi
Dengan spesialisasi, suatu negara akan mengkhususkan pada produksi barang yang memiliki keuntungan. Suatu Negara akan mengimpor barang-barang yang bila diproduksi sendiri (dalam negeri) tidak efisien atau kurang menguntungkan, sehingga keunggulan mutlak diperoleh bila suatu Negara mengadakan spesialisasi dalam memproduksi barang. Keuntungan mutlak diartikan sebagai keuntungan yang dinyatakan dengan banyaknya jam/hari kerja yang dibutuhkan untuk membuat barang-barang produksi. Suatu negara akan mengekspor barang tertentu karena dapat menghasilkan barang tersebut dengan biaya yang secara mutlak lebih murah daripada negara lain. Dengan kata lain, negara tersebut memiliki keuntungan mutlak dalam produksi barang. Jadi, keuntungan mutlak terjadi bila suatu negara lebih unggul terhadap satu macam produk yang dihasilkan, dengan biaya produksi yang lebih murah jika dibandingkan dengan biaya produksi di negara lain.


2.    Teori Keunggulan Komparatif (Comparative Advantage) oleh David Ricardo
David Ricardo menyampaikan bahwa teori keunggulan mutlak yang dikemukakan oleh Adam Smith memiliki kelemahan, di antaranya sebagai berikut.
  • Bagaimana bila suatu negara lebih produktif dalam memproduksi dua jenis barang disbanding dengan Negara lain? Sebagai gambaran awal, di satu pihak suatu negara memiliki faktor produksi tenaga kerja dan alam yang lebih menguntungkan disbanding dengan negara lain, sehingga negara tersebut lebih unggul dan lebih produktif dalam menghasilkan barang daripada negara lain. Sebaliknya, di lain pihak negara lain tertinggal dalam memproduksi barang. Dari uraian di atas dapat disimpilkan, bahwa jika kondisi suatu negara lebih produktif atas dua jenis barang, maka negara tersebut tidak dapat mengadakan hubungan pertukaran atau perdagangan.
  • Apakah negara tersebut juga dapat mengadakan perdagangan internasional?Pada konsep keunggulan komparatif (perbedaan biaya yang dapat dibandingkan) yang digunakan sebagai dasar dalam perdagangan internasional adalah banyaknya tenaga kerja yang digunakan untuk memproduksi suatu barang. Jadi, motif melakukan perdagangan bukan sekadar mutlak lebih produktif (lebih menguntungkan) dalam menghasilkan sejenis barang, tetapi menurut David Ricardo sekalipun suatu negara itu tertinggal dalam segala rupa, ia tetap dapat ikut serta dalam perdagangan internasional, asalkan Negara tersebut menghasilkan barang dengan biaya yang lebih murah (tenaga kerja) disbanding dengan lainnya.

Jadi, keuntungan komparatif terjadi bila suatu negara lebih unggul terhadap kedua macam produk yang dihasilkan, dengan biaya tenagakerja yang lebih murah jika diban-dingkan dengan biaya tenaga kerja di negara lain.


3.    Teori Permintaan Timbal Balik (Reciprocal Demand) oleh John Stuart Mill Teori yang dikemukakan oleh J.S. Mill sebenarnya melanjutkan Teori Keunggulan Komparatif dari David Ricardo, yaitu mencari titik keseimbangan pertukaran antara dua barang oleh dua negara dengan perbandingan pertukarannya atau dengan menentukan Dasar Tukar Dalam Negeri (DTD). Maksud Teori Timbal Balik adalah menyeimbangkan antara permintaan dengan penawarannya, karena baik permintaan dan penawaran menentukan besarnya barang yang diekspor dan barang yang diimpor.
Jadi, menurut J.S. Mill selama terdapat perbedaan dalam rasio produksi konsumsi antara kedua negara, maka manfaat dari perdagangan selalu dapat dilaksanakan di kedua negara tersebut. Dan suatu Negara akan memperoleh manfaat apabila jumlah jam kerja yang dibutuhkan untuk membuat seluruh barangbarang ekspornya lebih kecil daripada jumlah jam kerja yang dibutuhkan seandainya seluruh barang impor diproduksi sendiri.

Kondisi Ekspor Indonesia
Pengutamaan Ekspor bagi Indonesia sudah digalakkan sejak tahun 1983. Sejak saat itu, ekspor menjadi perhatian dalam memacu pertumbuhan ekonomi seiring dengan berubahnya strategi industrialisasi-dari penekanan pada industri substitusi impor ke industri promosi ekspor. Konsumen dalam negeri membeli barang impor atau konsumen luar negeri membeli barang domestik, menjadi sesuatu yang sangat lazim. Persaingan sangat tajam antar berbagai produk. Selain harga, kualitas atau mutu barang menjadi faktor penentu daya saing suatu produk.
Secara kumulatif, nilai ekspor Indonesia Januari-Oktober 2008 mencapai 118,43 juta US$ atau meningkat 26,92% dibanding periode yang sama tahun 2007, sementara ekspor non migas mencapai 92,26 juta US$ atau meningkat 21,63%. Sementara itu menurut sektor, ekspor hasil pertanian, industri, serta hasil tambang dan lainnya pada periode tersebut meningkat masing-masing 34,65%, 21,04%, dan 21,57% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Adapun selama periode ini pula, ekspor dari 10 golongan barang memberikan kontribusi 58,8% terhadap total ekspor non migas. Kesepuluh golongan tersebut adalah, lemak dan minyak hewan nabati, bahan bakar mineral, mesin atau peralatan listrik, karet dan barang dari karet, mesin-mesin atau pesawat mekanik. Kemudian ada pula bijih, kerak, dan abu logam, kertas atau karton, pakaian jadi bukan rajutan, kayu dan barang dari kayu, serta timah.
Selama periode Januari-Oktober 2008, ekspor dari 10 golongan barang tersebut memberikan kontribusi sebesar 58,80% terhadap total ekspor non migas. Dari sisi pertumbuhan, ekspor 10 golongan barang tersebut meningkat 27,71% terhadap periode yang sama tahun 2007.
Sementara itu, peranan ekspor non migas di luar 10 golongan barang pada Januari-Oktober 2008 sebesar 41,20%.
Jepang pun masih merupakan negara tujuan ekspor terbesar dengan nilai US$11,80 juta (12,80%), diikuti Amerika Serikat dengan nilai 10,67 juta US$ (11,57%), dan Singapura dengan nilai 8,67 juta US$ (9,40%).
Peranan dan perkembangan ekspor non migas Indonesia menurut sektor untuk periode Januari-Oktober tahun 2008 dibanding tahun 2007 dapat dilihat pada. Ekspor produk pertanian, produk industri serta produk pertambangan dan lainnya masing-masing meningkat 34,65%, 21,04%, dan 21,57%.
Dilihat dari kontribusinya terhadap ekspor keseluruhan Januari-Oktober 2008, kontribusi ekspor produk industri adalah sebesar 64,13%, sedangkan kontribusi ekspor produk pertanian adalah sebesar 3,31%, dan kontribusi ekspor produk pertambangan adalah sebesar 10,46%, sementara kontribusi ekspor migas adalah sebesar 22,10%.
Kendati secara keseluruhan kondisi ekspor Indonesia membaik dan meningkat, tak dipungkiri semenjak terjadinya krisis finansial global, kondisi ekspor Indonesia semakin menurun. Sebut saja saat ekspor per September yang sempat mengalami penurunan 2,15% atau menjadi 12,23 juta US$ bila dibandingkan dengan Agustus 2008. Namun, secara year on year mengalami kenaikan sebesar 28,53%.

Kondisi Impor Indonesia
Keadaan impor di Indonesia tak selamanya dinilai bagus, sebab menurut golongan penggunaan barang, peranan impor untuk barang konsumsi dan bahan baku/penolong selama Oktober 2008 mengalami penurunan dibanding bulan sebelumnya yaitu masing-masing dari 6,77% dan 75,65% menjadi 5,99% dan 74,89%. Sedangkan peranan impor barang modal meningkat dari 17,58% menjadi 19,12%.
Sedangkan dilihat dari peranannya terhadap total impor non migas Indonesia selama Januari-Oktober 2008, mesin per pesawat mekanik memberikan peranan terbesar yaitu 17,99%, diikuti mesin dan peralatan listrik sebesar 15,15%, besi dan baja sebesar 8,80%, kendaraan dan bagiannya sebesar 5,98%, bahan kimia organik sebesar 5,54%, plastik dan barang dari plastik sebesar 4,16%, dan barang dari besi dan baja sebesar 3,27%.
Selain itu, tiga golongan barang berikut diimpor dengan peranan di bawah tiga% yaitu pupuk sebesar 2,43%, serealia sebesar 2,39%, dan kapas sebesar 1,98%. Peranan impor sepuluh golongan barang utama mencapai 67,70% dari total impor non migas dan 50,76% dari total impor keseluruhan.
Data terakhir menunjukkan bahwa selama Oktober 2008 nilai impor non migas Kawasan Berikat (KB/kawasan bebas bea) adalah sebesar 1,78 juta US$. Angka tersebut mengalami defisit sebesar US$9,3 juta atau 0,52% dibanding September 2008.
Sementara itu, dari total nilai impor non migas Indonesia selama periode tersebut sebesar 64,62 juta US$ atau 76,85% berasal dari 12 negara utama, yaitu China sebesar 12,86 juta US$ atau 15,30%, diikuti Jepang sebesar 12,13 juta US$ (14,43%). Berikutnya Singapura berperan 11,29%, Amerika Serikat (7,93%), Thailand (6,51%), Korea Selatan (4,97%), Malaysia (4,05%), Australia (4,03%), Jerman (3,19%), Taiwan (2,83%), Prancis (1,22%), dan Inggris (1,10%). Sedangkan impor Indonesia dari ASEAN mencapai 23,22% dan dari Uni Eropa 10,37%.

Manfaat perdagangan internasional
• Memperoleh barang yang tidak dapat diproduksi di negeri sendiri
Banyak faktor-faktor yang mempengaruhi perbedaan hasil produksi di setiap negara. Faktor-faktor tersebut diantaranya : Kondisi geografi, iklim, tingkat penguasaan iptek dan lain-lain. Dengan adanya perdagangan internasional, setiap negara mampu memenuhi kebutuhan yang tidak diproduksi sendiri.

• Memperoleh keuntungan dari spesialisasi
Sebab utama kegiatan perdagangan luar negeri adalah untuk memperoleh keuntungan yang diwujudkan oleh spesialisasi. Walaupun suatu negara dapat memproduksi suatu barang yang sama jenisnya dengan yang diproduksi oleh negara lain, tapi ada kalanya lebih baik apabila negara tersebut mengimpor barang tersebut dari luar negeri.

• Memperluas pasar dan menambah keuntungan
Terkadang, para pengusaha tidak menjalankan mesin-mesinnya (alat produksinya) dengan maksimal karena mereka khawatir akan terjadi kelebihan produksi, yang mengakibatkan turunnya harga produk mereka. Dengan adanya perdagangan internasional, pengusaha dapat menjalankan mesin-mesinnya secara maksimal, dan menjual kelebihan produk tersebut keluar negeri.
  
• Transfer teknologi modern
Perdagangan luar negeri memungkinkan suatu negara untuk mempelajari teknik produksi yang lebih efesien dan cara-cara manajemen yang lebih modern.

Sumber :

Pembangunan Industri

         Pembangunan industri merupakan bagian dari pembangunan nasional, sehingga derap
pembangunan industri harus mampu memberikan sumbangan yang berarti terhadap
pembangunan ekonomi, budaya maupun sosial politik. Oleh karenanya, dalam penentuan
tujuan pembangunan sektor industri, bukan hanya ditujukan untuk mengatasi permasalahan
dan kelemahan di sektor industri saja, tetapi sekaligus juga harus mampu turut mengatasi
permasalahan nasional. 
1.  Arah pembangunan industri jangka panjang sesuai dengan Peraturan Presiden No. 7 Tahun 2005 adalah :
  • Pembangunan industri nasional harus mampu memberikan sumbangan nyata dalam peningkatan kesejahteraan masyarakat luas secara adil dan merata ;
  • Pembangunan industri harus mampu ikut membangun karakter budaya bangsa yang kondusif terhadap proses industrialisasi menuju terwujudnya masyarakat modern, dengan tetap berpegang kepada nilai-nilai luhur bangsa ;
  • Pembangunan industri harus mampu menjadi wahana peningkatan kemampuan inovasi dan wirausaha bangsa di bidang teknologi industri dan manajemen, sebagai ujung tombak pembentukan daya saing industri nasional menghadapi era globalisasi/liberalisasi ekonomi dunia ;
  • Pembangunan industri harus mampu ikut menunjang pembentukan kemampuan bangsa dalam pertahanan diri dalam menjaga eksistensi dan keselamatan bangsa, serta ikut menunjang penciptaan rasa aman dan tenteram bagi masyarakat.

2.  Strategi pokok pembangunan sektor industri
     -  Memperkuat keterkaitan pada semua tingkatan rantai nilai (value chain) dari industri
         termasuk kegiatan dari industri pendukung (supporting industries), industri terkait                        (related industries), industri penyedia infrastruktur, dan industri jasa penunjang lainnya.              Keterkaitan ini dikembangkan sebagai upaya untuk membangun jaringan industri                        (networking) dan meningkatkan daya saing yang mendorong inovasi ;
     -  Meningkatkan nilai tambah sepanjang rantai nilai dengan membangun kompetensi inti ;
     -  Meningkatkan produktivitas, efisiensi dan jenis sumber daya yang digunakan dalam
        industri, dan memfokuskan pada penggunaan sumber-sumber daya terbarukan (green
        product);
    -  Pengembangan Industri Kecil dan Menengah melalui
        (a) skema pencadangan usaha serta bimbingan teknis dan manajemen serta pemberian
              fasilitas khusus agar dapat tumbuh secara ekspansif dan andal bersaing dibidangnya.
        (b) mendorong sinergi IKM dengan industri besar melalui pola kemitraan (aliansi), dan
        (c) membangun lingkungan usaha IKM yang menunjang.

3.  Arah pembangunan industri dalam jangka menengah
         Dalam jangka menengah, peningkatan daya saing industri dilakukan dengan membangun
   dan mengembangkan klaster-klaster industri prioritas sedangkan dalam jangka panjang lebih
   dititik beratkan pada pengintegrasian pendekatan klaster dengan upaya untuk mengelola
   permintaan (management demand) dan membangun kompetensi inti pada setiap klaster.
   Untuk mewujudkan hal tersebut, perlu didukung dengan mengelola jejaring (management
   network) baik untuk klaster di dalam negeri maupun dengan perusahaan asing (MNC) dan
   atau klaster di luar negeri.

Seminar Shape The Future
“Learn Afford For Success The Future”
Tanggal           : 31 Oktober 2013
Speacer           : Ongky Hojanto


Baru kali pertama ikut seminar motivasi yang kayak gini..
Well, menurut saya ini adalah suatu keputusan yang baik untuk mengikuti seminar ini sebagai Mahasiswi baru.. hehe..
Tentunya bisa ditebak apa aja yang dibicarakan diseminar yang bertemakan “Shape The Future” itu. Yaap.. kata kuncinya “Future” yang arinya masa depan dan pastinya ga lepas dengan kata yang satu ini, “Sukses”.
Banyak hal yang saya dapatkan dari seminar ini, mulai dari mengerti arti sukse itu sendiri, apakah siap untuk masa depan?,  bahkan suatu magic word saya dapatkan saat mengikuti seminar ini. Bahkan untuk melakukan sesuatu yang menurut saya membutuhkan rasa percaya diri yang lebih saya selalu mengucapkan magic word itu, dan saya merasa magic itu bekerja. ini magisc wordnya Aku Bisa, Aku Mampu, Aku Sukses.. dicoba deh, tapi pengucapannya harus penuh percaya diri dan tentunya semangat. Bahkan saat UTS atau UAS saya selalu mengucapkannya..
Senang rasanya mengikuti acara seperti ini, dan menurut saya sebagai mahasiswi perantauan acara seminar dikampus merupakan hal yang wajib sebagai aktifitas yang positive. Sekian. HeheheJ


Seminar Pasar Modal
“Bermain Saham Yuuk!!!”

Tanggal           : 02 November 2013


Dan ini seminar kedua yang saya ikuti setelah menjadi mahasiswi. Seminar ini diselenggarakan BEM FE. Seminar ini membahas apa itu pasar modal? Bagaimana kondisi pasar modal Indonesia? Dan tentunya disini kita diajarkan bagaimana menjadi salah seorang investor dan bagaimana seharusnya kita mengawasi saham kita agar kita rugi..
Saya merasa kurang tertarik dengan seminar ini, entah itu karena pembicara yang kurang menarik perhatian saya atau karena saya hanya mengikuti seminar ini sendiri karena teman yang lain membatalkan janjinya. Jadi intinya saya kurang menyimak seminar ini.L,,


Seminar Akuntansi Forensik
“ NO Fraud No Corruption”
Tanggal           : 09 November 2013
Saya terkadang geram sendiri dengan yang namanya korupsi. Bagaimana bisa para koruptor itu hidup dengan bebas, tercukupi, tanpa memikirkan hak uang yang mereka korupsikan. Mungkin memang benar Tuhan tidak meninggal bangsa Indonesia dengan korupsi yang semakin menjadi, adanya KPK telah membuktikan bahwa waktu bangsa Indonesia bangkit dan berperang melawan korupsi, dan ikut serta menciptakan generasi yang No Fraud and No Corruption.
Sedikit cerita yang saya tanggap sewaktu mengikuti seminar ini.