PENGERTIAN DAN PANDANGAN MOTIVASI DALAM ORGANISASI
Pengarahan
Dan Pengembangan Organisasi Motivasi (Motivation) Kemampuan seorang manajer
untuk memotivasi adan mempengaruhi, mengarahkan dan berkomunikasi akan
menentukan efektifitas manajer. Dan ini bukan satu-satunya factor yang
mempengaruhi tingkat prestasi seseorang. Manajer yang dapat melihat motivasi
sebagai suatu system akan mampu meramalkan perilaku dari bawahannya.
Motivasi
seperti yang telah disebutkan diatas, akan mempengaruhi, mengarahkan dan berkomunikasi
dengan bawahannya, yang selanjutnya akan menentukan efektifitas manajer. Ada
dua factor yang mempengaruhi tingkat prestasi seseorang, yaitu kemampuaan
individu dan pemahaman tentang perilaku untuk mencapai prestasi yang maksimal
disebut prestasi peranan. Dimana antara motivasi, kemampuan dan presepsi
peranan merupakan satu kesatuan yang saling berinteraksi.
tujuan motivasi
· Meningkatkan
moral dan kepuasan kerja.
· Meningkatkan
produktivitas kerja.
· Mempertahankan
kesetabilan kerja.
· Meningkatkan disiplin
kerja.
· Menciptakan
suasana dan hubungan kerja yang baik.
· Meningkatkan
loyalitas, kreativitas dan partisipasi.
· Meningkatkan
tingkat kesejahteraan pegawai.
· Mempertinggi
rasa tanggung jawab terhadap tugasnya.
· Meningkatkan
efisiensi penggunaan alat‐alat
dan bahan.
MODEL
HUBUNGAN MANUSIAWI
Elton
Mayo dan para peneliti hubungan manusiawi lainnya menemukan bahwa kontak-kontak
sosial karyawan pada pekerjaannya adalah penting, kebosanan dan tugas yang
rutin merupakan pengurang dari motivasi. Untuk itu para karyawan perlu
dimotivasi melalui pemenuhan kebutuhan-kebutuhan sosial dan membuat mereka
berguna dan penting dalam organisasi.
Para
karyawan diberi kebebasan membuat keputusan sendiri dalam pekerjaannya, untuk
para pekerja informal perlu mendapat perhatian yang lebih besar. Lebih banyak
informasi disediakan untuk karyawan tentang perhatian manajer dan operasi
organisasi.
Taylor menawarkan empat prinsip scientific
management yaitu:
1. penggantian
metode kira-kira untuk menentukan setiap emelemn dari pekerjaan seorangpekerja
yang ditentukan secara ilmiah,
2. seleksi
dan pelatihan para pekerja secara ilmiah,
3. kerjasama
antara manajemen dan buruh untuk menyelesaikan tujuan pekerjaan, yang sesuai
dengan metode ilmiah,
4. pembagian
tanggung jawab yang lebih merata diantara manajer dan para pekerja, yaitu pihak
pertama sebagai perencana dan supervisi sedangkan yang kedua sebagai pelaksanan. Dengan dasar inilah Elton Mayo mencoba melihat pengaruh antara fasilitas fisik dengan output yang dihasilkan oleh pekerja.
pertama sebagai perencana dan supervisi sedangkan yang kedua sebagai pelaksanan. Dengan dasar inilah Elton Mayo mencoba melihat pengaruh antara fasilitas fisik dengan output yang dihasilkan oleh pekerja.
Penelitian yang telah
dimulai sebelumnya sejak tahun 1930, ingin membuktikan dasar pemikiran Taylor
dalam sebuah perusahaan Western Electric. Hal ini pertama kali dilakukan oleh
para insinyur diperusahaan tersebut dengan cara melakukan perubahan sistem
pencahayaan ditempat kerja. Namun hal tersebut tidak memberikan dampak yang
signifikan dengan output pekerja karena dalam temuan ditemukan bahwa dengan
sistem pencahayaan yang baik maupun tidak output pekerja tetap sama. Dengan
permasalahan tersebut, para insinyur ini menghubungi Elton Mayo di Harvard.
Bersama timnya Elton menguji berbagai variabel yang dapat mempengaruhi output
yang dihasilkan oleh pekerja mulai dari panjangnya waktu kerja, pengenalan
waktu istirahat serta rencana upah individu. Namun pada akhirnya tidak
memberikan hasil apapun, sebab temuan lapangan tidak memperlihatkan adanya
perbedaan output yang dihasilkan sebelum dan sesudah variabel tersebut
diterapkan.
Penelitian ini
menunjukan bahwa kepuasan ditempat kerja bukan berasal dari faktor fisik maupun
ekonomi yang didapat oleh pekerja. Melaikan karena diorong oleh perasan dan
sentimen yang besar serta ketertarikan dan juga karena pekerja menjadi bagian
dari sebuah kelompok sosial, loyalitas pekerja akan lebih besar terhadap
kelompok dibandingkan dengan keinginan individual. Hal ini didapat karena dari
penelitian Mayo tersebut ditemukan bahwa faktor fisik dan ekonomi seperti yang
dikemukakan oleh teori klasik tidak membawa pengaruh terhadap output yang
dikeluarkan oleh pekerja, melainkan karena keberadaan peneliti diantara mereka
yang membuat mereka berusaha untuk memberikan yang terbaik bagi peneliti dan
perusahaan. Norma sosial menjadi variabel yang mempengaruhi jumlah output yang
dihasilkan oleh pekerja. Hal ini oleh Scotts dikatakan sebagai change is
interesting, attention is gratifying. Temuan lain dari penelitian Hawthorne
adalah bahwa sistem formal yang diagungkan oleh teori klasik telah dikalahkan
oleh sistem informal dan hubungan antar individu, hal ini menunjukan bahwa
dampak sosial-psikologis sering lebih kuat daripada efek ekonomi.
Mayo sebagai tokoh
sosiologi industri menyatakan bahwa manajemen memiliki tujuan tidak hanya akan
meningkatkan efisiensi dan output tetapi melalui pengorganisasian dalam bentuk
kerjasama yang spontan dapan mencegah kerusakan dari struktur organisasi.
Sehingga bentuk tradisional dari masyarakat dan keluarga dapat digantikan oleh
organisasi kerja yang memiliki tujuan untuk mengurangi konflik, persaingan dan
perselisihan. Pemikiran Mayo menginginkan hal-hal yang dimiliki oleh masyarakan
perdesaan masuk kedalam pengaturan industi modern, hal ini dapat dilakukan
dengan terbentuknya atau dibentuknya kelompok informal di tempat kerja.
Kelompok informal adalah hal penting dalam pemikiran Mayi. Hubungan otoritas
tidak lagi tersentralisasi seperti teori klasi namun dedesentralisasikan,
selain itu komunikasi yang dibentuk bersifat bottom up yang bergerak dari
pekerja kepada manajemen, bukan sebaliknya. Otoritas terletak pada para pekerja
dalam menerima manajemen, sehingga apabila otoritas diberikan maka pekerja
lebih produktif. Namun jika manajemem ditolak maka output yang dikeluarkan pun
dibatasi. Salah satu cara untuk meningkatkan output yang lebih tinggi adalah
melali apa yang disebut pemberdayaan serta komunikasi yang baik dan
keterlibatan pekerja dalam proses konsultasi dan keterlibatan didalam tim
dengan tanggung jawab yang telah tersusun dengan baik.
Sebagai sebuah hasil
penelitian, konsep yang dikeluarkan oleh Elton Mayo dari peneltian Hawthornenya
tidak luput dari kritik. Kritik yang pertama adalah bahwa Mayo melihat pekerja
industri pada generasi pertama dan kedua dari immigrant yang mengalami alienasi
saat perpindahan terjadi. Kritik kedua, Mayo tidak mempertimbangkan
kompleksitas asosiasi untuk mengatasi keterasingan gesselschaft seperti yang
terjadi pada masyarkan moderen konteporer. Elton mayo dengan penelitian
Hawthornenya ini tidak dapat menjelaskan tentang serika pekerja yang memiliki
peran penting dalam masyarakat. Dalam hubungan antara manusia tidak semua integrasi
yang tercipta tentang harmonis namun terdapat pula konflik didalamnya. Hal ini
yang tidak dapat dijawab oleh Mayo ketika pekerja tidak dapat menciptakan
situasi harmonis yang kooperatif maka manajemen dengan kekuatannya memaksakan
hal tersebut untuk terjadi.
Selain itu para kritisi
melihat teori ini sebuah bentuk penyelubungan manipulasi dan eksploitasi. Hal
ini ditunjukan dengan adanya penumbangan kepentingan dari kaum pekerja serta
konflik yang terjadi di atur sedemikian rupa serta aturan manager baru hanya
sebavia bentuk pengelitisan. Landsberger dan Braveman adalah salah satu orang
yang mengkritik aliran ini. Mereka menyatakan bahwa aliran ini adalah sebuah
meodologi lai yang digunakan untuk meningkatkan produktivitas pekerja bukan
untuk meningkatkan hubungan antar pekerja.
Selain itu secara
empiris aliran hubungan antar manusia dijadikan tersangka dikarenakan tidak
adanya hubungan empiris antara kepuasan pekerja dengan produktifitasnya, tipe
kepemimpinan dengan produktifitas dan pengambilan keputusan dan kepuasan atau
produktifitas. Faktanya hubungan yang terjadi mungkin sebaliknya. Hal ini
disebabkan oleh aliran ini tidak memperhatikan lingkungan dimana organisasi itu
berada.
MODEL MOTIVASI TRADISIONAL
Model
Motivasi tradisional dikaitkan dengan Frederick Taylor dan aliran manajemen
ilmiah. Aliran ini berpendapat bahwa salah satu aspek penting pekerjaan manajer
adalah memastikan bahwa para pekerja melakukan tugasnya yang membosankan dan
berulang-ulang dengan cara yang paling efisien. Manajer menentukan bagaimana
pekerjaan itu dilakukan dan menggunakan suatu sistem perangsang upah untuk
memotivasi para karyawan semakin banyak yang mereka hasilkan, makin besar upah
yang mereka peroleh. Pandangan ini berasumsi bahwa karyawan pada dasarnya
malas dan bahwa manajer memahami pekerjaan karyawan lebih baik daripada
karyawan itu sendiri. Karyawan hanya dapat dimotivasi dengan imbalan uang dan
di luar pekerjaannya, sedikit sekali yang dapat disumbangkan karyawan untuk
organisasinya. Dalam
banyak situasi pendekatan ini efektif. Karena efisiensi meningkat, lebih sedikit
karyawan yang dibutuhkan untuk menangani suatu tugas tertentu. Sejalan dengan
perkembangan waktu, manajer mengurangi besarnya rangsangan upah. Pemutusan
hubungan kerja menjadi lazim, dan karyawan lebih mencari keamanan kerja dari
pada hanya peningkatan upah yang kecil dan sementara.
MODEL
SUMBER DAYA MANUSIA
McGregor Maslow.
Argyris dan Lkert mengkritik model hubungan manusaiwi bahwa seorang bawahan
tidak hanya dimotivasi dengan memberikan uang atau keinginan untuk mencapai
kepuasan, tapi juga kebutuhan untuk berprestasi dan memperoleh pekerjaan yang
berarti dalam arti lebih menyukai pemenuhan kepuasan dari suatu prestasi kerja
yang baik, diberi tanggung jawab yang lebih besar untuk pembuatan keputusan dan
pelaksanaan tugas.
Jadi motivasi mempunyai hubungan dengan model sumber
daya manusia, karena dengan motivasi para pekerja ( SDM ) bisa bekerja dengan
baik, dengan displin, dapat meningkatkan produktivitas, mempertahankan
kestabilan dalam kerja dan yang pada akhirnya dapat membuat perusahaan tersebut
memperoleh laba atau keuntungan.